Sabtu, 19 Juli 2014

PENGERTIAN SHALAT

SHALAT
A.     Pengertian
Shalat menurut bahasa ialah do’a, sedangkan menurut istilah ialah perkataan / ucapan dan perbuatan tertentu yang di awali dengan takbir dan di akhiri dengan salam.
Shalat lima waktu atau shalat fardhu hukumnya adalah fardhu a’in, dan wajib bagi setiap kaum mukalaf.
Shalat fardhu ada lima yaitu : Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib, Isya.
B.     Syarat –syarat syah shalat
1.      Orang islam
2.      Baligh
3.      Suci dari haid dan nifas ( bagi Perempuan )
4.      Berakal sehat
5.      Telah sampai dakwah kepadanya
6.      Suci dari dua hadats
7.      Suci badan , Pakaian, tempatnya dari najis
8.      Menutup aurat
9.      Menghadap kiblat
10.  Masuk waktunya
C.     Aurat
Aurat laki – laki di  antara pusaran sampai lutut, sedangkan perempuan seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan.
D.     Waktu shalat
Ø  Subuh  : dari terbitnya fajar sidik sampai terbitnya matahari
Ø  Dzuhur            : dari tergelincirnya matahari sampai menjadi bayangan suatu benda sama dengan benda tersebut.
Ø  Ashar   : dari keluarnya waktu dzuhur sampai terbenamnya matahari.
Ø  Magrib : dari terbitnya matahari sampai terbenamnya mega merah.
Ø  Isya      : dari terbenamnya mega merah sampai terbitnya fajar.
E.     Rukun Shalat ada 13 :
1.      Niat
2.      Berdiri bagi yang mampu
3.      Takbiratul ihram
4.      Membaca al-fatihah
5.      Ruku dengan thumaninah
6.      I’tidal dengan thumaninah
7.      Sujud dua kali dengan thumaninah
8.      Duduk di antara dua sujud dengan thumaninah
9.      Duduk tasyahud terakhir
10.  Membaca do’a tasyahud terakhir
11.  Membaca salawat atas nabi
12.  Mengucap salam yang pertama
13.  Tertib
F.      Hal sunah dalam shalat
Sunah dalam shalat ada dua yaitu sunah ab’at dan sunah hai’at, Yang termasuk sunah ab’at :
1.      Membaca tasyahud awal dan duduknya
2.      Membaca salawat tasyahud awal
3.      Membaca salawat atas keluarga nabi muhamad pada tasyahud terakhir
4.      Membaca kunut pada shalat subuh dan witir pada pertengahan bulan ramadhan hingga akhir ramadhan
Yang termasuk hai’at :
1.      Mengangkat kedua tangan hingga telinga ketika takbiratul ihram, akan ruku’ berdiri dari ruku’ ( I’tidal )Dan ketika berdiri dari tasyahud.
2.      Meletakan tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri saat bersedekap
3.      Membaca do’a iftitah setelah takbiratul ihram
4.      Membaca ta’awud sebelum membaca surat al-fatihah
5.      Membaca amin ketika selesai membaca surat al-fatihah
6.      Membaca surat dalam al- Qur’an sesudah membaca surat al-fatihah pada rakaat pertama dan kedua.
7.      Mengeraskan surat dalam membaca surat al-fatihah dan surat al-Qur’an pada rakaat pertama dan rakaat ke dua dalam shalat magrib,isya,dan subuh, sedangkan wanita pada setiap shalat hendaknya merendahkan suara atau bacaan.
G.    Hal yang membatalkan shalat
Apabila salah satu syarat rukunnya tidak di laksanakan atau di tinggalkan dengan sengaja, maka batalah ( Tidak sah ) shalatnya , Di antara yang membatalkan shalat ialah:
1.      Berhadats
2.      Berkata dengan sengaja
3.      Terbuka aurat
4.      Terkena najis yang tidak di maafkan
5.      Tertawa terbahak-bahak
6.      Mengubah niat misalnya menghentikan shalat
7.      Mendahului imam dua rukun
8.      Banyak bergerak (berturut turut 3x) atau lebih
9.      Menambah rukun
10.  Murtad
H.    Yang di makruhkan dalam shalat
1.      Menambah hadats
2.      Memejamkan mata
3.      Memandang keatas
4.      Menoleh
5.      Shalat di atas kuburan
6.      Berkacak pinggang
7.      Menengok kiri dan kanan
8.      Terbuka kepalanya
9.      Menutup mulut rapat-rapat
10.  Mempermainkan baju dan lainnya
I.       Tata cara shalat fardhu
a.       Niat dalam hati untuk shalat tertentu
b.      Takbiratul ihram
c.       Membaca do’a iftitah
d.      Membaca surat al-fatihah
e.       Membaca surat dari ayat-ayat al-Qur’an
f.       Ruku dengan membaca bacaan ruku’
g.       I’tidal dengan bacaan I’tidal
h.      Sujud dengan bacaan sujud
i.        Duduk di antara dua sujud dengan bacaan Duduk di antara dua sujud
j.        Sujud kedua kalinya dengan bacaando’a sujud
k.      Berdiri untuk rakaat kedua dan seterusnya seperti rakaat pertama

SUJUD SAHWI
Manusia berasal dari kata insan  yang berarti lupa, sehingga lupa bagi manusia adalah hal yang wajar. Dalam shalat pun, manusia dapat saja lupa, seperti lupa gerakan atau bacaan shalat. Dalam hal ini islam mensyari’atkan sujud sahwi.
A.     Pengertian Sujud Sahwi
Sujud sahwi adalah sujud yang di lakukan dalam shalat ketika lupa, adapun melakukan sesuatu yang harusnya di lakukan. Bacaan sujud sahwi adalah :

Maha suci dia ( Allah ) yang tidak pernah tertidur dan tidak pernah terlupa.
B.     Ketentuan sujud sahwi
Sujud sahwi dapat dilakukan dalam keadaan tertentu, yaitu sbb :
1)      Apabila seseorang lupa satu raka’at atu lebih, kemudian ia menyadari kekurangannya itu atau karena di ingatkan orang tua. Setelah salam maka ia bolehlah kembali masuk dalam shalat untuk menambah satu rakaat secara sempurna. Kemudian, menambah dua sujud tambahan sebelum atau sesudah salam.
2)      Apabila melampaui jumlah rakaat yang di wajibkan,
3)      Apabila melupakan tasyahud awal
4)      Apabila ragu-ragu
5)      Apabila lupa tidak membaca kunut ketika shalat subuh
C.     Tata cara sujud sahwi
Sujud sahwi hanya dilakukan dalam shalat karena lupa, sujud sahwi dapat dilakukan sebelum atau sesudah salam.
Sujud sebelum atau sesudah salam dapat dilihat dari sebabnya, jika di ketahui sebabnya itu sebelum salam, sujud sahwinya sebelum salam. Jika sebabnya di ketahui sesudah salam maka sujud sahwinya sesudah salam.
Tata cara melakukannya dengan cara menambah sujud dua kali sambil membaca sujud sahwi. Di antara dua sujud itu di selingi di antara dua sujud.
ADZAN DAN IQOMAH
Adzan dan iqomah adalah salah satu bagian dari syi’ar islam. Adzan dan iqomah juga merupakan seruan untuk melaksanakan shalat berjamaah.
1.      Pengertian dan tujuan adzan dan iqomah
Adzan menurut bahasa adalah “member tahu “ sedangkan menurut syara’ ialah pemberitahuan tentang masuknya waktu shalat dengan lafadz-lafadz tertentu, tujuannya adalah agar mengumandangkan syi’ar islam dan tercapailah seruan untuk shalat berjamaah. Hukum mengumandangkan adzan adalah fardhu kifayah, jika seluruh kampung tidak ada yang mengumandangkan adzan maka seluruh kampung berdosa,adapun iqomah ialah pemberitahuan bahwa shalat akan segera di mulai.
Menurut imam qurtubi, mengatakan bahwa adzan mengandung soal-soal akidah karena ia di mulai dengan takbir dan wujud allah dan kesempurnaanya. Kemudian, di iringui dengan tauhid dan menyingkirkan syirik. Lalu, menetapkan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Serta seruan untuk patuh dan taat kepada syari’at allah. Setelah itu, di serukannya kemenangan, yakni kebahagiaan yang kekal lagi abadi, di mana terdapat isyarat mengenai kampung akhirat. Kemudian, beberapa kalimat di ulangi sebagai penegasan dan untuk menguatkan.
Adzan itu di sunahkan hanya untuk shalat-shalat fardhu, tidak di sunahkan adzan untuk shalat-shalat sunah, shalat jenazah, shalat idul fitri dan shalat idul adha.
2.      Keutamaan dan ketentuan bagi muadzin
Seorang muadzin memiliki keutamaan yang telah di jelaskan oleh rosulullah SAW, kemudian keutamaan seorang muadzin adalah sbb :
1)      Bagi muadzin dan orang yang datang pada seruan adzan, akan mendapatkan pahala yang amat besar
2)      Bagi muadzin akan mendapatkan perhatian yang istimewa dari allah swt pada hari kiamat
3)      Bagi muadzin akan di ampuni dosanya sepanjang suaranya. Bagi mereka yang datang pada seruan adzan, akan mendapatkan do’a yang di panjakan oleh para malaikat.
4)      Terhindar dari penguasaan setan
5)      Muadzin akan mendapatkan kepercayaan dari banyak orang
6)      Muadzin akan mendapatkan surga yang di siapkan bagi orang orang yang bertakwa.
Adapun ketentuan yang harus di perhatikan bagi muadzin, yaitu sbb :
1)      Hendaknya muadzin hanya mengharapkan ridho allah swt. Sehingga tidak menerima upah
2)      Hendaknya suci dari hadats kecil dan besar
3)      Hendaknya ia berdiri menghadap kiblat
4)      Hendaknya ia menoleh ke kanan ketika mengucapkan hayya’alla sholah, dan ke sebelah kiri ketika mengucapkan  hayya’allal falah,  Menurut Imam nawawi, cara ini merupakan cara yang paling benar. Akan tetapi, menurut baihaqi,cara tersebut tidak berasal dari sumber yang benar.
5)      Memasukan kedua anak jarinya kedalam telinga , hal ini yang pernah di lakukan bilal
6)      Mengeraskan suara adzan
7)      Melambatkan bacaan adzan dan menyegerakan bacaan iqomah
8)      Adzan harus di lakukan pada awal waktu shalat, tanpa memajukan dan memundurkannya. Akan tetapi adzan waktu fajar ( subuh ) boleh memajukannya dari awal waktu jika dapat di bedakan antara adzan yang pertama dan yang kedua sehingga tidak terjadi kekeliruan. Adzan yang pertama bukan mengiformasikan masuknya waktu subuh, tetapi hanya membangunkan kaum muslimin.
9)      Hendaknya ia sendiri yang melakukan iqomah. Meskipun di bolehkan orang lain yang melakukan iqomah.


3.      Lafadz-lafadz adzan dan iqomah
1)      Takbir
2)      Syahadat bahwa tiada tuhan selain allah
3)      Syahadat bahwa muhamad adalah utusan allah
4)      Menyerukan untuk shalat
5)      Menyerukan untuk meraih kemenangan
6)      Takbir.adzan di awali dengan takbir, maka di akhiri dengan takbir
7)      Tahlil
8)      Pada awal adzan subuh di tambahkan lafadz
4.      Bacaan bagi yang mendengarkan adzan
Di sunahkan bagi yang mendengarkan adzan untuk menirukan kata-kata yang di ucapkan muadzin. Namun, ketika maudzin mengucapkan : hayya’allah solah dan hayya’allal falah, maka yang mendengarkan ucapan itu menjawab :



Tiada daya dan kekuatan kecuali karena perkenaan allah.
Hal ini di sebabkan, ketika maudzin mengucapkan kalimat-kalimat ikrar sebelumnya, para pendengar menyatakan kesetujuannya atas apa yang di ucapkan oleh muadzin. Akan tetapi mengingat bahwa kedua lafadz tersebut mengandung ajakan untuk melaksanakan shalat, maka yang demikian itu hanya cocok bagi muadzin. Adapun yang mendengar ajakan tersebut mengucapkan lahaulla walaquata illa billahil’aliyil azim, untuk menunjukan bahwa setiap pekerjaan hanya dapat berlangsung atas perkenaan allah swt.
Ketika muadzin subuh mengucapkan ash-shalatu khairum minan naum, maka yang mendengarkannya menjawab :


benar, dan aku termasuk orang orang yang bersaksi akan hal itu.
Setelah selesai adzan di kumandangkan, di sunahkan membaca shalawat untuk nabi saw.
Setelah itu membaca do’a :


SHALAT BERJAMA’AH
1.      Pengertian dan hukum shalat berjama’ah
shalat berjama’ah adalah shalat yang di lakukan secara bersama-sama,sekurang kurangnya dua orang. Shalat berjama’ah di pimpin oleh seorang imam, sedangkan yang lainnya menjadi makmum. Hukumnya shalat berjama’ah para ulama banyak yang berpendapat berbeda-beda ada yang mengatakan fardhu a’in, fardhu kifayah dan sunah muakkad. Shalat berjama’ah bila di bandingkan dengan shalat sendirian ( Munfarid ) maka pahalanya 27 derajat, sebagai mana sabda nabi yang di riwayatkan bukhari dan muslim.
Di dalam shalat jama’ah imam sebagai pemimpin yang harus di taati oleh makmum, oleh karena itu memilih imam tidaklah sembarangan orang, yang harus di perhatikan ialah :
Ø  Baik akhlaknya
Ø  Baik bacaannya
Ø  Bagus suaranya
2.      Ketentuan shalat berjama’ah
a)      Di anjurkan untuk jalan tidak tergesa gesa menuju ke mesjid
b)      Bagi imam di anjurkan untuk tidak terlalu panjang membaca ayat al-Qur’an. Apabila orang orang yang terdiri dari jama’ah yang lemah dan tua renta. Jika salat sendirian sangat di anjurkan untuk lama shalatnya.
c)      Di anjurkan bagi imam untuk memperlambat bacaannya pada raka’at pertama sambil menunggu makmum yang tertinggal.
d)      Makmum harus mengikuti imam dan tidak boleh mendahuluinya
e)      Makmum tidak boleh lebih depan dari tempat imam
f)       Makmum tidak boleh tertinggal dari imam dengan sengaja, misalnya, imam sudah sujud, sedangkan makmum masih berdiri.
g)      Jika seseorang yang shalat munfarid ( Sendirian ) telah selesai, dan mendapati imam untuk shalat berjama’ah, maka di bolehkan ia mengulangi shalatnya dengan niat shalat sunah. Tidak di benarkan shalat fardhu di laksanakan dua kali shalat. Seagai mana sabda rosulullah saw.

Janganlah kamu shalat satu macam shalat dalam sehari dua kali (HR Muslim)
h)      Imam di sunahkan untuk memerintahkan makmumnya untukmerapatkan saf dan mengisi yang lowomg, dari Annas Ra berkata :
Bahwa Nabi Muhammad Saw menghadap kami sebelum takbir dan berkata “rapatkan dan ratakan (HR Bukhari dan Muslim)
i)        Mengisi saf yang paling depan terlebih dahulu
v  Yang boleh menjadi imam
ü  Laki-laki mengikuti kepada laki-laki
ü  Perempuan makmum kepada laki-laki
ü  Perempuan makmum kepada perempuan
ü  Banci makmum kepada laki-laki
ü  Perempuan makmum kepada banci
v  Yang tidak boleh di jadikan imam
ü  Laki-laki makmum kepada banci
ü  Laki-laki makmum kepada perempuan
ü  Banci makmum kepada perempuan
ü  Banci makmum kepada banci
ü  Orang yang fasih membaca al-Qur’an bermakmum kepada yang tidak fasih bacaanya.


3.      Ma’mum masbuq
a.       Apabila makmum terlambat dan mendapati imam sedang ruku’ pada rakaat pertama, maka terhitung tidak tertinggal rakaatnya walaupun belum sempat membaca al-fatihah.
b.      Apabila makmum terlambat dan mendapati imam sudah selesai ruku’ yang pertama maka makmum tertinggal satu rokaat dan harus mengulangi rakaat itu setelah imam selesai mengucapkan salam yang pertama.
c.       Apabila makmum terlambat dan mendapati imam dalam tasyahud akhir dan mengikutinya, maka ia berarti belum memperoleh serakaat pun dan ia harus menyempurnakan shalatnya setelah imam mengucapkan salam. Caranya apabila imam mengucapkan salam maka tidak ikut salam melainkan langsung berdiri dan menyemputnakan rakaatnya sebanyak yang tertinggal.
4.      Halangan yang membolehkan seseorang meninggalkan shalat berjama’ahnya
a.       Udara dingin atau hujan lebat
b.      Tersedianya hidangan
c.       Desakan dua macam,buang air kecil dan besar
5.      Cara mengingatkan imam yang keliru
Imam juga manusia tidak luput dari lupa dan khilaf, imam juga pernah lupa dalam meminpin shalat. Adakalanya lupa bacaan atau gerakannya. Jika lupa bacaanya makmum langsung memberitahukan bacaan tersebut
Akan tetapi imam salah/keliru gerakannya, misalnya imam seharusnya tasyahud, tetapi langsung berdiri maka makmummenegur imam dengan ucapan subhanallah. Jika imam mendengarkan kalimat ini, imam pun akan menyadari akan kekeliruannya, akan tetapi jika jama’ah laki-laki tidak menyadari kekeliruan imam, hanya jama’ah perempuan yang menyadari kesalahan tersebut. Jama’ah perempuan cukup dengan menepuk kedua tangannya karena suara wanita jangan sampai terdegar oleh jama’ah laki-laki.
6.      Menghentikan imam yang batal
Apabila terjadi sesuatu pada diri imam yang memaksakan meninggalkan shalat, seperti wudhu batal di tengah-tengah shalat itu, atau ia teringat bahwa ia belum berwudhu, maka ia wajib menghentikan. Ia meneruskannya dalam keadaan batal, ia telanh melakukan pelanggaran serius dan dapat di anggap seorang fasik ( durhaka ).
Adapun jika imam telah menghentikan shalatnya, sebaiknya ia menunjuk salah seorang diri dari ma’mum untuk menggantikan imam. Adapun ma’mum boleh memilih antara mengikuti imam pengganti tersebut atau masing masing memisahkan diri (mufarakah ) dan meneruskan shalatnya secara sendiri-sendiri.

DZIKIR SETELAH SHALAT
Di antara ciri mencintai seseorang adalah ia selalu mengingat orang yang di cintainya. Begitu juga bukti cinta kita sebagai hamba, kita harus selalu ingat kepada Allah sebagai tuhan yang menciptakan kita.
1.      Pengertian dzikir dan dalil disyaratkannya zikir
Dzikir secara bahasa adalah ingat, sedangkan menurut bahasa adalah mengingat allah dengan hati, Lisan atau perbuatan dengan magsud lebih mendekatkan diri kepada-nya. Zikir dengan hati yaitu bagaimana hati ini selalu ingat dan merindukan allah, mengagumi segala keindahan dan kehebatannya. Zikir dengan insan yaitu lisan selalu basah menyebut dan melafadzkan ke agungan Asmaul Husna, dan lafadz-lafadz zikir yang lainnya.
2.      Bacaan dzikir setelah shalat
a.       Membaca istigfar 3x
b.      Membaca do’a
c.       Membaca tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33x
d.      Kemudian membaca do’a seperti ini
3.      Keutamaan lafadz-lafadz dzikir
Lafadz-lafadz dzikir seperti subhanallah, walhamdulillah walailahailallah, allahu akbar, memiliki banyak keutamaan sebagai mana yang di sebutkan dalam hadits-hadits rasulullah saw.


Dua kalimat ringan di ucapkan oleh lisan, berat di timbangan dan di sukai allah swt, adalah subhanallah, wabihamdihi, subhanallahal adzim. ( HR Syaikhani dan Tirmizi)
4.      Do’a setelah shalat
Sebagai zat yang maha sempurna, allah memiliki segalanya yang di butuhkan manusia. Allah akan memberikan sehala permohonan hambanya. Meminta ataupun tidak , allah akan memberikan karuniannya. Namun, yang utama adalah seorang hamba hendaknya memohon terlebih dahulu, dan allah akan memenuhi permohonannya.
a.      Pengertian dan anjuran untuk berdo’a
Do’a berarti memohon atau meminta. Magsudnya adalah permohonanseorang hamba kepada sang khaliknya agar terlepas dari kesulitan atau berharap atas pertolongan nya. Allah telah berjanji akan mengabulkan do’a yang di panjatkan oleh hambanya. Dengan syarat seorang hamba terlebih dahulu memenuhi kewajiban. Sebagai mana firmannya.



Dan apabila hamba hambaku bertanya kepada mu (Muhammad) tentang aku maka sesungguhnya aku dekat. Aku kabulkan yang berdo’a kepada ku. Hendaklah mereka itu memenuhi ( perintah ) ku. Dan beriman kepadaku ( QS. Al-baqarah {2} : 186 )
b.      Susunan dalam berdo’a
Ø  Pendahuluan do’a
Ø  Di awali dengan membacakan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
Ø  Isi do’a, Do’a untuk orang tua, Do’a untuk keluarga, Do’a untuk memohon kesempurnaan dalam agama, Do’a untuk memohon ilmu yang bermanfaat, Do’a untuk memohon rizki dan do’a untuk kebaikan dunia dan akhirat.
THAHARAH
A.     Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya suci/bersih, sedangkan menurut istilah ialah menghilangkan hadats atau najis.
Hadats terbagi menjadi 2, yaitu : hadats besar dan hadats kecil, cara mensucikan keduanya dengan cara : wudhu, tayamum, mandi.
B.     Macam-macam najis tatacara Thaharahnya
1.      Benda –benda najis : anjing, babi, darah, nanah, muntah, khomer, kotoran hewan, kotoran manusia, bangkai.
2.      Macam-macam Najis
a.      Najis MUGHALADZOH
Adalah najis yang berat, contohnya : anjing, babi, air liur ke duanya, air kencing keduanya dan air keringat keduanya.
Tata cara mensucikannya yaitu di basuh tempatnya tujuh kali dengan air salah satunya dengan debu/tanah yang suci.

b.      Najis MUKHAFAFAH
Adalah najis yang ringan, contohnya : kencing anak yang belum  berumur dua tahun, atau anak yang meminum ASI.
Tata cara mensucikannya yaitu : di lap dulu, kemudian di percikan menggunakan air tempat yang terkena kencingnya sampai bersih.
c.       Najis MUTAWASITOH
Adalah najis yang sedang, najis MUTAWASITOH terbagi jadi 2 yaitu :
·         Najis Hukmiyah, contohnya : kencing selain anak laki-laki
Cara mensucikannya yaitu di sucikan dengan membasuh dengan air walaupun hanya satu kali.
·         Najis a’iniyah, contohnya : kotoran manusia, hewan, darah, nanah, muntah, dan barang yang memabukan.
·         Cara mensucikan najis a’iniyah : di basuh tempatnya dengan air, sehingga hilang rasa najis nya, bau dan warnanya.
3.      Hadats
Hadats terbagi menjadi dua yaitu hadats besar dan hadats kecil,
v  Cara menghilangkan hadats kecil dengan wudhu, dan tayamum :
Ø  Syarat-syarat wudhu :
§  Islam
§  Baligh
§  Suci dari haid dan nifas
§  Suci dari yang menghalangi datangnya air ke kulit.
§  Tau terhadap ke fardhuan wudhu
§  Sudah memasuki waktu
§  Terus menerus
Ø  Fardhu wudhu
§  Niat
§  Membasuh muka
§  Membasuh tangan sampai sikut
§  Mengusap sebagian kepala
§  Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
§  Tertib/berururan
Ø  Yang di sunahkan dalam berwudhu
§  Membaca basmalah
§  Membasuh kedua telapak tangan
§  Bersiwak
§  Kumur kumur
§  Menghirup air lewat hidung
§  Membasuh telinga
§  Menyela-nyela janggut
§  Menyela-nyela jari tangan dan kaki
§  Mendahulukan yang kanan dari yang kiri
§  Mentiga kalikan
§  Terus-menerus
§  Berdo’a sesudah wudhu
Ø  Makruh dalam berwudhu
§  Berlebih-lebihan dalam menggunakan air
§  Meminta bantuan pada orang lain tanpa udzur atau sakit
§  Menambah/lebih dari yang 3x
§  Mengeringkan anggota wudhu
Ø  Batal wudhu
§  Keluar sesuatu dari salah satu kedua jalan
§  Tidur/hilang akal ( Gila, Mabuk )
§  Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang sudah balig kedua-duanya
§  Menyentuh kubul dan dubur dengan telapak tangan
v  Cara menghilangkan hadats besar dengan mandi dan tayamum
Ø  Yang mewajibkan mandi besar
§  Junub/bersetubuh
§  Keluar mani
§  Haid
§  Nifas
§  mati
Ø  Fardhu mandi besar yaitu
§  Niat
§  Menghilangkan najis apabila ada dalam badan
§  Menyiramkan air ke seluruh anggota badan
Ø  Sunah – sunah mandi
§  Membaca basmalah
§  Membasuh kedua tangan
§  Wudhu sebelum adus
§  Menggosokan tangan ke seluruh badan
§  Terus-menerus
§  Mendahulukan kanan yang atas yang kiri
Ø  Contoh mandi yang di sunahkan
§  Mandi shalat jum’at
§  Mandi shalat idul fitri/idul adha
§  Mandi shalat istisqo
§  Mandi shalat gerhana matahari/bulan
§  Mandi ketika ihram
§  Mandi setelah memandikan mayit
C.     Alat – alat untuk mensucikan
a)      Macam-macam air
Air adalah alat untuk di gunakan berwudhu dan mandi, air yang di gunakan ada 7 macam, yaitu :
1.      Air hujan
2.      Air laut
3.      Air sungai
4.      Air sumber/mata air
5.      Air sumur
6.      Air salju
7.      Air dingin/es
b)      Tanah / debu
Adapun dalam thaharah apabila tidak ada air maka ada istilah tayamum atau istinja, alat untuk tayamum adalah tanah atau debuyang suci, sedangkan istinja menggunakan batu.
ü  Sebab tayamum
·         Karena tidak ada air
·         Karena penyakit
·         Karena air sangat di butuhkan untuk menolong hewan yang kehausan
ü  Syarat –syarat tayamum
·         Dengan tanah atau debu
·         Tanah atau debu yang di gunakan suci
·         Tanah belum di pakai
·         Tanahnya tidak tercampur tepung dan sebagainya
·         Barmagsud tayamum
·         Mengusap wajah dan tangan 2x usapan
·         Menghilangkan najis sebelumnya apabila ada dalam tubuh
·         Menghadap kiblat
·         Setelah masuk waktu shalat
·         Di laksanakan setiap shalat fardhu
ü  Fardhu tayamum
·         Memindahkan tanah atau debu
·         Niat
·         Mengusap wajah
·         Mengusap dua tangan
·         tertib
ü  Batal bertayamum
·         Semua yang membatalkan wudhu
·         Murtad
·         Menyangka ada air
c)      Batu
Istinja yaitu membersihkan/ mensucikan najis air kencing atau najis kotoran dengan batu.
ü  Syarat-syarat istinja
§  Dilakukan dengan 3 batu dan bersih tempatnya
§  Belum kering najisnya dan belum terkena najis yang lain
§  Belum melewati batas kubul dan dubur
§  Belum terkena airr dan batu yang di pakai haruis bersih dan suci
A.     Shalat Jum’at
1.      Dalil di syari’atkan shalat jum’at
Shalat jum’at ialah shalat dua rakaat yang di dahului dengan dua kutbah pada hari jum’at di waktu shalat dzuhur, adapun hukumnya fardhu ain bagi tiap tipa muslim mukhalaf laki-laki, sehat, merdeka dan bermukim, dan tidak dalam udzur seperti hujan, sakit, atau bepergian. Adapun hadits nabi :






Artinya : “ jum’at itu suatu kewajiban yang penting atas tiap tiap orang islam dengan berjama’ah melainkan empat ( orang ) yaitu hamba milik oranng ,perempuan, kanak-kanak, dan orang yang sakit. “ (HR.Abu Daud)
Firman Allah SWT dalam surat Al-jumu’ah :




Artinya : “ wahai orang orang beriman, apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada ahari jum’at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkan jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah:9)
a.      Syarata wajib shalat jum’at
Orang-orang yang di wajibkan shalat jum’at adalah sebagai berikut :
1)      Islam
2)      Baligh
3)      Merdeka
4)      Berakal
5)      Laki-laki
6)      Muqim,bukan musafir
b.      Syarat syah shalat jum’at
1)      Di kerjakan pada tempat tertentu
2)      Dikerjakan secara berjama’ah
3)      Di kerjakan pada waktu dzuhur dan hari jum’at
4)      Di kerjakan setelah dua khutbah
c.       Yang di sunahkan dalam shalat jum’at
1)      Mandi dengan niat akan melakukan shalat jum’at
2)      Memakai wangi-wangian
3)      Memakai pakaian yang bersih dan baik
4)      Memotong kuku tangan dan kaki, menggunting rambut dan kumis
5)      Bersegera pergi ke mesjid
6)      Mengisi saf ( Barisan ) bagian depan yang masih kosong
7)      Mengerjakan shalat tahyatul mesjid sebelum duduk
8)      Membaca al-Qur’an atau dzikir sebelum mulai khutbah
9)      Setelah shalat jum’at hendaknya berdzikir dan berdo’a
10)  Mengerjakan shalat ba’da jum’at shalat sunah sesudah shalat jum’at
d.      Ketentuan khutbah jum’at
Shalat jum’at sah di laksanakan apabila di dahului dengan dua khutbah, khutbah merupakan syarat yang harus di penuhi dalam melaksanakan shalat  jum’at, adapun ketentuan khutbah jum’at beberapa rukun dan syarat sebagai berikut :
1)      Rukun dua Khutbah Jum’at
a.       Membaca hamdallah yaitu, memuji allah Swt.
b.      Mengucap dua kalimah syahadat
c.       Mengucap shalawat atas Nabi Muhammad SAW
d.      Membaca salah satu ayat dari al-Qur’an
e.       Berwasiat untuk taqwa
f.       Berdo’a untuk kaum muslimin dan muslimat
2)      Syarat dua khutbah
a.       Di mulai sesudah mulai masuk waktu dzuhur
b.      Khutbah di sampaikan sambil berdiri jika mampu
c.       Duduk antara dua khutbah
d.      Bersuara keras agar terdengar oleh jama’ah
e.       Khotib dalam keadaan suci dari hadats dan najis
3)      Sunah dalam khutbah
a.       Khutbah di lakukan di tempat yang tinggi supaya dapat di lihat oleh jama’ah
b.      Khotib memulai khutbahnya dengan islam
c.       Khutbah tidak terlalu panjang
d.      Sebelum khatib kutbah harus di dahului adzan
B.     Shalat jenazah
Sebelum di kuburkan ada beberapa hal yang perlu di lakukan :
1.      Hal-hal yang di lakukan terhadap orang yang meninggal
a)      Tutupkan kelopak matanya, menyebutkan kebaikannya, mendo’akannya serta meminta ampun dari segala dosanya.
b)      Menutup mayat dengan kain
c)      Membayar hutang si mayit oleh ahli warisnya
2.      Kewajiban terhadap jenazah
a)      Memandikannya
b)      Mengkafani mayit dengan 3 lembar kain bagi laki-laki dan 5 kain bagi perempuan.
c)      Menshalati
d)      Mengubur
3.      Syarat-syarat shalat jenazah
a)      Syarat shalat jenazah sama hal nya dengan shalat yang lain ( syarat-syarat shalat fardhu)
b)      Jenazah yang sudah di mandikan dan di kafani
c)      Letakan jenazah sebelum arah kiblat orang yang menshalati , kecuali di lakukan di sebelah kubur atau shalat ghaib.
4.      Rukun-rukun shalat jenazah
a)      Berniat untuk shalat jenazah
b)      Takbir sebanyak 4 kali
c)      Membaca ta’awwudz,al-fatihah,sesudah takbiratul ihram
d)      Membaca shalawat atas nabi setelah takbir ke dua
e)      Membaca do’a untuk jenazah setelah takbir ke 3
f)       Membaca do’a setelah takbir ke 4
g)      Kemudian mengucapkan salam
C.     Shalat Jama dan Qasar
1.      Pengertian jama dan qasar
Shalat jama adalah shalat yang di kumpulkan dalam satu waktu, seperti shalat dzuhur dan ashar, shalat magrib dan isya, hal ini seperti hadits yang di riwayatkan oleh bukhari dari ibnu abbsara berikut :




Rosulullah Saw, biasa menjamak shalat dzuhur dan shalat ashar apabila beliau dalam perjalanan, dan menjamak antara magrib dan isya. ( HR. Bukhari).
Oleh karena itu tidak boleh menjamak shalat subuh dengan shalat dzuhur, atau menjamak isya dengan subuh dan menjamak shalat ashar dan magrib karena tidak ada ketentuannya dari rosulullah saw.
Shalat qasar adalah shalat yang di lakukan dengan meringkas shalat perdu yang empat raka’at menjadi dua raka’at, misal shalat dzuhur,ashar dan isya, tetapi shalat subuh tidak bisa di qasar. Shalat qasqr ini berdasarkan firman allah swt, Sbb :




“ dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah kamu dosa mengqasar shalat, jika kamu takut di serang oleh kafir, sesungguhnya orang kafir itu adalah musuh nyata bagi mu.” (Qs.Annisa’{4}:10)
Dalam pelaksanaanya, shalat jama’ terbagi kepada jama’ taqdim dan jama taqhir, jama’ taqdimadalah menggabungkan dua shalat dan di laksanakan pada waktu shalat yang terdahulu, seperti shalat dzuhur dan ashar yang di lakukan pada saat dzuhur. Ada pun jama’ taqhir adalah menggabungkan dua shalat dan di laksanakan pada waktu terakhir, seperti jama’ shalat dzuhur dan ashar yang di laksanakan pada waktu ashar.
2.      Ketentuan shalat jama dan qasar
Apabila seseorang sedang dalam perjalanan atau bepergian di perbolehkan meringkas rakaat shalat-shalat wajib yang empat raka’at menjadi dua raka’at dengan syarat sbb :
a.       Jarak perjalanan sekurag-kurangnya dua hari perjalanan kaki atau dua marhalah ( 16 farsah: 138 )km.
b.      Bepergian bukan untuk maksiat
c.       Shalat yang boleh di qasar hanya shalat yang empat raka’at dan bukan qadha
d.      Didak bermakmum pada imam yang tidak berqasar shalat
e.       Berniat mengqasar pada waktu takbiratul ihram

KET : di dalam kitabul fikih ‘ala majahibil arba’ah, abd. Rahman al-jazairi menyatakan bahwa 16 farsah=81km.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar